Sabtu, 24 November 2012

Akhlakul karimah


1.       Kerja Keras

Arti kerja keras bukanlah dalam arti yang sebenarnya yakni bahwa kita harus benar-benar bekerja dengan keras, bukan seperti itu. Kerja keras itu menunjukkan semangat yang menyala dan kemauan untuk memberi batasan pada diri kita sendiri yang sebenarnya bisa kita langgar. Batasan ini yang menjadi tolak ukur bahwa apakah benar kita bisa keras pada diri kita sendiri atau tidak. Contohnya begini, saya ingin sukses dan kaya padahal saya masih sering muncul rasa malasnya. Kita tahu bahwa malas dan sukses itu bertolak belakang. Maka dengan itu, kita bikin batasan buat diri kita bahwa saya tidak akan malas lagi supaya saya bisa sukses. Hemat saya seperti itu.

Jangan salah, melawan diri kita itu sendiri yang paling berat. Satu sisi kita ingin sekali memanjakan diri kita dengan bersantai sepanjang hari, tapi di satu sisi kita tahu bahwa jika saya bermalas-malasan maka tujuan saya akan semakin sulit tercapai. Tantangan seperti itu yang sangat berat kita lalui, dan tentu saja tidak heran bila banyak orang yang menyerah bila tantangan seperti ini yang mereka hadapi yakni menyangkut kemauan pribadi.

Jadi, sekali lagi, kerja keras itu bukan berarti harus melakukan pekerjaan fisik yang menguras tenaga dan bikin rentan stress. Apa kata dunia, kalau untuk mendapatkan kesuksesan kita harus jadi pemikul barang dulu. Pemikul barang cuma seedar contoh bukan untuk mendiskreditkan pekerjaan tertentu.

Terus, manfaat kerja keras seperti apa? Bukan hanya kesuksesan tetapi pengalaman hidup yang berharga. Bila kita bisa menempa diri kita untuk bisa lolos dalam melalui tantangan dan hambatan yang membuat kita tergoda untuk berhenti di tengah jalan, maka kita akan memiliki suatu keterikatan emosi yang lebih kuat akan makna sebuah semangat, percaya diri, kerja keras, dan kesuksesan. Firman Allah SWT:
”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang2 yang berbuat kerusakan.”. (QS. Al-Qashash: 77).


2.       Tekun
Sesungguhnya apa yang kita kerjakan lalu kita raih sekarang ini, itu merupakan usaha-usaha kecil yang kita lakukan secara terus-menerus. Suatu keberhasilan bukanlah sesuatu yang turun begitu saja. Melainkan ketekunan untuk tetap berusaha. Ketekunan adalah kemampuan kita untuk tetap bertahan ditengah tekanan dan kesulitan yang kita alami. Mengapa begitu? karena semakin jauh kita melangkah kedepan maka semakin banyak pula rintangan dan halangan kita untuk mencapai apa yang kita cita-citakan.

Salah satu pepatah mengatakan : "Bahwa Ribuan kilometer langkah dimulai dengan satu langkah". Maksudnya dari kata diatas adalah Sebuah langkah besar itu terdiri dari langkah-langkah kecil. Dan langkah pertama keberhasilan itu harus dimulai dari rumah kita. Sedangkan Rumah yang paling baik adalah HATI. Itulah sebaik-baiknya tempat untuk memulai dan untuk kembali. Marilah kita mencoba melangkah sesuatu hal dengan hati lalu pikiran dan dilanjutkan dengan usaha (melalui gerak tubuh kita).
"Sesungguhnya Ketekunan itu hadir apabila apa yang kita kerjakan benar-benar berasal dari HATI."
“…Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri….” (QS. Ar-Ra’du: 11).

3.       Ulet
KEULETAN adalah kemampuan mengatasi tantangan dan mengubahnya menjadi peluang. Kaum eksekutif profesional yakin, sikap ulet adalah modal penting untuk sukses berkarier.

Penelitian terbaru dari Accenture (NYSE: ACN) menemukan fakta dari pemimpin perusahaan di seluruh dunia yang percaya bahwa sikap ulet merupakan kunci untuk mempertahankan pekerjaan. Survei bertajuk "Pemimpin dan Keuletan Perempuan: Perspektif dari C-Suite” diikuti lebih dari 500 senior eksekutif—termasuk para CEO, COO, CFO dan CHROs–dari perusahaan berukuran sedang hingga besar di 20 negara Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Amerika Latin.

ACN menegaskan fakta, sekira 71 persen responden melaporkan bahwa keuletan sangat penting dalam menentukan siapa yang harus dipertahankan. Dalam pengantar hasil survei global, Adrian Lajtha selaku Accenture Chief Leadership Officer mengatakan bahwa keuletan dapat menjadi kriteria baru bagi kemajuan profesional.

Ia menambahkan, dalam kondisi ekonomi global penuh ketidakpastian dan persaingan ketat, organisasi yang menanamkan nilai keuletan dalam calon pemimpin mendatang akan memiliki keunggulan kuat.

Responden pada survei yang dilakukan pada November 2009-Februari 2010 tersebut mengasosiasikan keuletan dan kemampuan beradaptasi dengan senioritas. Mereka mengatakan bahwa para manajer senior (77 persen) yang paling ulet, diikuti manajer menengah (55 persen), dan terakhir, karyawan di bawah manajer (36 persen).

Survei, dijelaskan ACN, berupaya mengidentifikasi tindakan yang diambil oleh para eksekutif senior untuk mengembangkan kepemimpinan wanita untuk peran-peran dan nilai yang mereka berikan kepada keuletan atau ketahanan sebagai kualitas dasar kepemimpinan.

"Keuletan merupakan salah satu kata kunci untuk terus meningkatkan daya saing di dunia kerja yang dinamis dan penuh tantangan. Bahkan dalam survei yang dilakukan, terbukti wanita cenderung lebih ulet ketimbang mitra kerja pria,” papar Julianto Sidarto, Country Managing Director Accenture untuk Indonesia.

4. Teliti
Cermat dalam setiap melakukan sikap dan perbuatan serta setiap pekerjaan, tidak terburu-buru, namun perlu perhitungan dan pengkajian baik-buruknya. Dalam Al-Qur’an, Allah juga mengajarkan kita agar bersikap teliti sebagaimana firman-Nya:
”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).

”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).

(WISATA HATI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar