1.
Kerja Keras
Arti
kerja keras bukanlah dalam arti yang sebenarnya yakni bahwa kita harus
benar-benar bekerja dengan keras, bukan seperti itu. Kerja keras itu
menunjukkan semangat yang menyala dan kemauan untuk memberi batasan pada diri
kita sendiri yang sebenarnya bisa kita langgar. Batasan ini yang menjadi tolak
ukur bahwa apakah benar kita bisa keras pada diri kita sendiri atau tidak.
Contohnya begini, saya ingin sukses dan kaya padahal saya masih sering muncul rasa malasnya. Kita tahu bahwa malas dan sukses itu
bertolak belakang. Maka dengan itu, kita bikin batasan buat diri kita bahwa
saya tidak akan malas lagi supaya saya bisa sukses. Hemat saya seperti itu.
Jangan
salah, melawan diri kita itu sendiri yang paling berat. Satu sisi kita ingin
sekali memanjakan diri kita dengan bersantai sepanjang hari, tapi di satu sisi
kita tahu bahwa jika saya bermalas-malasan maka tujuan saya akan semakin sulit
tercapai. Tantangan seperti itu yang sangat berat kita lalui, dan tentu saja
tidak heran bila banyak orang yang menyerah bila tantangan seperti ini yang
mereka hadapi yakni menyangkut kemauan pribadi.
Jadi,
sekali lagi, kerja keras itu bukan berarti harus melakukan pekerjaan fisik yang
menguras tenaga dan bikin rentan stress. Apa kata dunia, kalau untuk mendapatkan kesuksesan kita harus jadi pemikul
barang dulu. Pemikul barang cuma seedar contoh bukan untuk mendiskreditkan
pekerjaan tertentu.
Terus, manfaat kerja keras seperti apa? Bukan hanya kesuksesan
tetapi pengalaman hidup yang berharga. Bila kita bisa menempa diri
kita untuk bisa lolos dalam melalui tantangan dan hambatan yang membuat kita
tergoda untuk berhenti di tengah jalan, maka kita akan memiliki suatu
keterikatan emosi yang lebih kuat akan makna sebuah semangat, percaya diri, kerja
keras, dan kesuksesan. Firman
Allah SWT:
”Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang2 yang berbuat kerusakan.”. (QS. Al-Qashash: 77).
2.
Tekun
Sesungguhnya
apa yang kita kerjakan lalu kita raih sekarang ini, itu merupakan usaha-usaha
kecil yang kita lakukan secara terus-menerus. Suatu keberhasilan bukanlah
sesuatu yang turun begitu saja. Melainkan ketekunan untuk tetap berusaha.
Ketekunan adalah kemampuan kita untuk tetap bertahan ditengah tekanan dan
kesulitan yang kita alami. Mengapa begitu? karena semakin jauh kita melangkah
kedepan maka semakin banyak pula rintangan dan halangan kita untuk mencapai apa
yang kita cita-citakan.
Salah
satu pepatah mengatakan : "Bahwa Ribuan kilometer langkah dimulai
dengan satu langkah". Maksudnya dari kata diatas adalah Sebuah langkah
besar itu terdiri dari langkah-langkah kecil. Dan langkah pertama keberhasilan
itu harus dimulai dari rumah kita. Sedangkan Rumah yang paling baik adalah HATI.
Itulah sebaik-baiknya tempat untuk memulai dan untuk kembali. Marilah kita
mencoba melangkah sesuatu hal dengan hati lalu pikiran dan dilanjutkan dengan
usaha (melalui gerak tubuh kita).
"Sesungguhnya
Ketekunan itu hadir apabila apa yang kita kerjakan benar-benar berasal dari
HATI."
“…Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka
sendiri….” (QS. Ar-Ra’du: 11).
3.
Ulet
KEULETAN adalah kemampuan mengatasi tantangan dan
mengubahnya menjadi peluang. Kaum eksekutif profesional yakin, sikap ulet
adalah modal penting untuk sukses berkarier.
Penelitian terbaru dari
Accenture (NYSE: ACN) menemukan fakta dari pemimpin perusahaan di seluruh dunia
yang percaya bahwa sikap ulet merupakan kunci untuk mempertahankan pekerjaan.
Survei bertajuk "Pemimpin dan Keuletan Perempuan: Perspektif dari C-Suite”
diikuti lebih dari 500 senior eksekutif—termasuk para CEO, COO, CFO dan
CHROs–dari perusahaan berukuran sedang hingga besar di 20 negara Eropa, Asia,
Amerika Utara, dan Amerika Latin.
ACN menegaskan fakta,
sekira 71 persen responden melaporkan bahwa keuletan sangat penting dalam
menentukan siapa yang harus dipertahankan. Dalam pengantar hasil survei global,
Adrian Lajtha selaku Accenture Chief Leadership Officer mengatakan bahwa
keuletan dapat menjadi kriteria baru bagi kemajuan profesional.
Ia menambahkan, dalam
kondisi ekonomi global penuh ketidakpastian dan persaingan ketat, organisasi
yang menanamkan nilai keuletan dalam calon pemimpin mendatang akan memiliki
keunggulan kuat.
Responden pada survei yang
dilakukan pada November 2009-Februari 2010 tersebut mengasosiasikan keuletan
dan kemampuan beradaptasi dengan senioritas. Mereka mengatakan bahwa para
manajer senior (77 persen) yang paling ulet, diikuti manajer menengah (55
persen), dan terakhir, karyawan di bawah manajer (36 persen).
Survei, dijelaskan ACN,
berupaya mengidentifikasi tindakan yang diambil oleh para eksekutif senior
untuk mengembangkan kepemimpinan wanita untuk peran-peran dan nilai yang mereka
berikan kepada keuletan atau ketahanan sebagai kualitas dasar kepemimpinan.
"Keuletan merupakan
salah satu kata kunci untuk terus meningkatkan daya saing di dunia kerja yang
dinamis dan penuh tantangan. Bahkan dalam survei yang dilakukan, terbukti
wanita cenderung lebih ulet ketimbang mitra kerja pria,” papar Julianto
Sidarto, Country Managing Director Accenture untuk Indonesia.
4.
Teliti
Cermat dalam setiap melakukan sikap dan perbuatan serta
setiap pekerjaan, tidak terburu-buru, namun perlu perhitungan dan pengkajian
baik-buruknya. Dalam Al-Qur’an, Allah juga mengajarkan kita agar bersikap
teliti sebagaimana firman-Nya:
”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).
”Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS.
Al-Hujurat: 6).
(WISATA HATI)